1. Pengertian
Perilaku
Menurut Notoatmodjo
(2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup yang bersangkutan).
Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang
dikerjakan oleh organism tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung.
2. Bentuk
Perilaku
Teori Bloom (1908) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku
yaitu: kognitif (cognitive), afektif
(affective), dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan
pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku,
yaitu:
1. Pengetahuan
(Knowledge)
a. Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadalan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera
manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour).
b. Tingkat
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo
(2007), pengetahuan di dalam domain kognitif tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu
(know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall)
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu menggunakan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami
(comprehension)
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan.
3. Aplikasi
(application)
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis
(analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masiih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis
(synthesis)
Sintesis menunjukkan
suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya,
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaliasi
(evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Faktor-Fakor
yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Rahayu (2010) yang
dikutip oleh Arifin (2016) terdapat 8 faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan
sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas
dapat kita kerucutkan bahwa sebuah visi pendidikan yaitu untuk mencerdaskan
manusia.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan
dapat menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Pengalaman
Pengalaman merupakan
sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Usia
Usia seseorang yang
bertambah dapat membuat perubahan pada aspek psikologis, dan kejiwaan. Dalam
aspek psikologis, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
5. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan
tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan yang mempunyai pengaruh cukup
besar terhadap terbentuknya cara berpikir dan berperilaku.
6. Minat
Minat merupakan suatu
bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang
untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
7. Papan
Informasi
Rancangan Undang-Undang
teknologi informasi mengartikan informasi sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan tertentu yang bisa didapatkan
melalui media elektronik.
8. Media
Contoh media yang didesain
secara khusus untuk mencapai masyarakat luas seperti televise, radio, koran,
majalah, dan internet.
d. Cara
Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo
(2012) dalam Triana (2012) terdapat 2 cara untuk memperoleh pengetahuan:
1. Cara
Tradisional atau Non Ilmiah
a. Cara
coba-salah (trial and error) yaitu
memperoleh pengetahuan dari cara coba.
b. Cara
kekuasaan atau otoritas yaitu kebiasaan yang bisa diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya.
c. Berdasarkan
pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru yang terbaik, mengandung maksud
bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan.
2. Cara
Modern
Cara modern merupakan
cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau
lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology).
2. Sikap
(Attitude)
a. Pengertian
Sikap
Menurut Notoatmodjo
(2007) dalam Triana (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan
bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Alport
(1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu
memiliki 3 komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan
(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan
untuk bertindak (tend to be have)
b. Tingkatan
Sikap
Seperti halnya
pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Menerima
(receiving), yaitu sikap dimana
seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
2. Menanggapi
(responding), yaitu sikap kita
memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi
3. Menghargai
(valuing), yaitu sikap dimana objek
atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus.
Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi
orang lain untuk merespon
4. Bertanggungjawab
(responsible), yaitu sikap yang
paling tinggi tindakannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang diyakininya
3. Tindakan
(Practice)
a. Pengertian
Tindakan
Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(praktik). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan maka diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana
dan prasarana. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut tindakan (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2005
dalam Triana, 2012).
b. Tingkatan
Tindakan
Menurut Notoatmodjo
(2010), tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualiatsnya,
yaitu:
1. Praktik
terpimpin (guided response), yaitu
apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan, contohnya seorang ibu memeriksakan
kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.
2. Praktik
secara mekanisme (mechanism), yaitu
apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan suatu hal
secara otomatis, contohnya seorang anak menyikat gigi setelah makan tanpa
disuruh ibunya.
3. Adopsi
(adoption), yaitu suatu tindakan yang
sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku
yang berkualitas, contohnya menyikat gigi dengan teknik yang benar bukan
sekedar menyikat gigi.
3. Proses
Adopsi Perilaku
Menurut notoatmodjo
(2007) dalam Triana (2012), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan
bahwa terjadi proses yang berurutan sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku
baru, yaitu:
a. Awareness
yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih
dahulu
b. Interest
yaitu orang mulai tertarik dengan stimulus
c. Evaluation
yaitu orang mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya
d. Trial
yaitu orang mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption
yaitu orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
No comments:
Post a Comment